IJEN – antara perjuangan dan keindahan..
IJEN – antara perjuangan dan keindahan
Umumnya, di Jawa Timur selain Bromo yang selalu menjadi magnet bagi turis domestik maupun internasional, jangan lupa masih ada Kawah Ijen yang juga memiliki daya tarik tersendiri. Hal ini bukan semata-mata dekat dengan Bromo, melainkan karena pulau Jawa merupakan pulau terbesar dengan jumlah gunung volcano terbanyak di Indonesia, atau bahkan di dunia! Bisa kita sadari kalau kita hitung jumlah gunung baik yang aktif atau tidak aktif di Indonesia, jumlahnya hampir mencapai angka 100 🙂 Oke deh, mari kita segera membahas tentang Ijen…
Rute Ijen : (dari Malang)
Malang – Probolinggo – Bondowoso – Sempol – Belawan – Paltuding (start point pendakian)- IJEN!!!
Perjalanan yang saya tempuh kemarin murni ala backpack dengan modal cuma Rp 200.000,- mulai dari berangkat rumah, makan minum di jalan, sampe rumah lagi pas habis uang segitu 🙂 Dan karena backpack sudah pasti semua akomodasi saya ambil yang ekonomi hehe.. termasuk memilih duduk semaleman di warung kopi di Paltuding daripada sewa kabin seharga Rp 100.000,-/malam 😉
Kalau Anda sampai Bondowoso sudah sore, maka kemungkinan kecil masih ada minibus yang beroperasi sore itu ke Sempol. Berarti Anda harus stay semalam disana di hotel dekat terminal (jalan kaki sekitar 1 km), baru besok pagi jam 6 harus sudah siap di terminal Bondowoso untuk rebutan tempat duduk di minibus. Rata-rata penumpang di minibus adalah penduduk lokal yang rumahnya di Sempol. Sopir minibus pun tidak kalah kreatif dengan menawarkan jasa langsung sampai di Paltuding seharga Rp75.000,-. Kalau Anda bisa nawar sampai harga yang bagus, lebih baik langsung naik minibus ke Paltuding 🙂 daripada harus jalan menanjak 5-6km seperti saya hehe..
Sesudah memasuki daerah Balawan (3km lagi menuju Paltuding), saya menemukan ada aliran sungai yang warnanya kuning. Usut punya usut, ternyata ada air terjun (nggak tinggi sih hehe) yang aliran airnya meluncur dari sulfur di atas Ijen tersebut..
Pastikan mulai mendaki Ijen jam 3 pagi, supaya dapat sunrise yang oke 😉
dan perjalanan selama 3km menanjak ke puncak Kawah Ijen, saya tempuh selama hampir 2 jam fiuhh.. sewaktu jalan, semua turis Prancis jalan dengan begitu cepatnya. Berasa saya sendiri yang seperti keong.. keong racun 😉 sori sori sori pak! Yang lebih membuat saya malu, saya yang masih muda berbanding dengan bapak-bapak penambang sulfur yang sehari bisa naik turun 3x untuk mengangkut sulfur yang rata-rata beratnya 70kg :O olala!!! dan itupun cuma diharga Rp 5.000,-/kg 🙁 oh Indonesiaa..
Dan tibalah saya di atas!! 😀 😀
Dan akhirnya saya dan kedua teman saya bergegas turun karena harus mengejar truk pengangkut sulfur untuk hitchhike bersama mereka sampai ke Taman Sari, yang nantinya lanjut naik ojek dari Taman Sari ke tepi kota Banyuwangi (yang paling dekat dengan stasiun kereta untuk jalur Malang).. Kita masih menginap semalam lagi karena kereta Tawang Alun seharga Rp18.000,- untuk Banyuwangi-Malang berangkat subuh jam 5 🙁 hoahhmmm….
Demikian perjalanan saya ala gembel ke Ijen 😀 hehe.. happy travelling! sampai jumpa di perjalanan saya berikutnya ke Green Canyon, Pangandaran 😉
Kawah Ijen | Pantai Papuma | Tempat Wisata Jember | Liburan Murah
November 12, 2011 @ 8:58 am
[…] – Kawah belerang. Di sini kita dapat melihat kawah belerang dengan pemandangan yang sangat indah, dan juga para penambang sulfur yang naik turun pegunungan di kawah Ijen ini. Tulisan selengkapnya dapat dilihat di posting Martha Yuliana: Ijen, antara perjuangan dan keindahan. […]
ovenista
April 28, 2014 @ 4:27 am
Hello! Terima kasih kerana berkongsi tentang perjalanan kamu ke Ijen. Saya akan ke sana lagi 2 minggu. Mau tumpang tanya, bagaimana cara untuk reserve penginapan di kawasan Ijen. Lebih baik di Sempol (arabica / caltimore) atau terus ke Pos Paltuding aja? Atau bisa kalau nginap di Bondowoso aja?