Tempat Wisata Labuan Bajo
Tempat Wisata Labuan Bajo
Saya ke Labuan Bajo di tahun 2012. Berkeliling menuju tempat wisata Labuan Bajo dan sekitarnya gampang-gampang susah karena tidak tersedianya peta wisata maupun penunjuk jalan yang jelas. Kalo sekarang ini sudah jauh lebih bagus. Airport baru & lebih banyak akses jalan.
Wisata Dalam Kota
Objek wisata di dalam kota Labuan Bajo cukup mudah dijangkau. Transportasi termudah dan termurah adalah ojek yang bisa dijumpai di semua sudut kota dan bisa dipanggil sewaktu-waktu. Ongkosnya jauh dekat hanya Rp5 ribu hingga Rp10 ribu per orang.
Teluk Labuan Bajo
Teluk cantik ini dihiasi pulau-pulau kecil. Letaknya di pusat kota yaitu di Jalan Soekarno Hatta. Di teluk inilah terdapat pelabuhan penyeberangan Labuan Bajo yang menghubungkan Pulau Flores dengan Pulau Sumbawa.
Pantai Pede
Lokasi pantai berpasir putih ini sangat dekat dengan pusat kota Labuan Bajo, yaitu di selatan kota. Suasana pantainya sepi dan cukup bersih. Berenang, bermain pasir, atau sekadar bermalas-malasan di tepi pantai adalah beberapa aktivitas yang bisa dilakukan di pantai ini. Dari Pantai Pede kita juga dapat menyaksikan pemandangan matahari tenggelam yang indah. Bahkan beberapa hotel berbintang di Labuan Bajo berlokasi di pantai ini.
Bukit Waringin
Dari Bukit Waringin yang berada di Jalan Puncak Waringin ini, kita bisa melihat Teluk Labuan Bajo yang cantik dengan pulau-pulau kecilnya. Karena menghadap ke barat, bukit ini adalah tempat sempurna untuk menyaksikan panorama matahari terbenam. Jadi waktu paling tepat mengunjungi tempat ini adalah saat senja menjelang terbenamnya matahari.
Pantai Binongko
Pantai ini berada di sisi utara kota, di Jalan Binongko, searah dengan Bukit Cinta dan Hotel Golo Hilltop.
Bukit Cinta
Terletak di Jalan Binongko, yaitu di sisi utara kota (searah dengan hotel Golo Hilltop), Bukit Cinta merupakan titik tertinggi di sisi utara Labuan Bajo. Serupa Bukit Waringin, dari atas bukit, kita bisa melihat pemandangan laut dan pulau-pulaunya yang cantik. Dinamakan Bukit Cinta karena di sini ada banyak pasangan muda-mudi yang memadu kasih, terutama saat sore menjelang malam.
Gua Batu Cermin
Berada tidak jauh dari pusat kota Labuan Bajo, karakter Gua Batu Cermin sedikit berbeda dari gua di pulau Jawa, dengan ketinggian sekitar 60 meter. Gua ini memiliki stalaktit dan stalagmit yang terkenal indah.
Dinamakan Gua Batu Cermin karena saat hujan, air tergenang di dalam gua yang gelap. Dan, di suatu titik gua, sinar matahari menembus masuk dan pantulan sinarnya menimbulkan efek cermin pada genangan air tersebut.
Sayangnya, saat saya berkunjung ke sana, cuaca sedang cerah dan gua dalam kondisi kering. Jadi, saya tidak bisa melihat pantulan air yang menyerupai cermin tersebut.
Wisata Luar Kota
Akses menuju tempat-tempat wisata luar kota Labuan Bajo adalah dengan menyewa kendaraan, seperti ojek, mobil, bemo, atau mobil. Agar ongkosnya murah, kita sebaiknya menyewa angkot supaya dapat diisi banyak orang, dan biaya sewa bisa dibagi lebih murah.
Cunca Rami, Cunca Lolos, dan Cunca Wulang
Cunca Rami berada di Hutan Mbeliling yang terletak di Desa Cunca Lolos, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat. Jaraknya sekitar dua jam berkendara dari Labuan Bajo. Tinggi Air Terjun Cunca Rami sekitar 30 meter dan berada di ketinggian sekitar 1.200 mdlp. Selain Air Terjun Cunca Rami di Hutan Mbeliling juga terdapat Air Terjun Cunca Lolos dan Air Terjun Cunca Wulang.
Cunca Wulang. Cunca (air terjun) Wulan terletak sekitar 30 km dari Labuan Bajo ke arah timur atau 25 menit berkendara mobil. Setibanya di Desa Wersawe, kita bisa menyewa guide yang akan menuntun kita trekking selama 2 jam menuju lokasi. Tarif guide tidak mahal, sekitar Rp50 ribu. Perjalanan trekking di dalam hutan kira-kira sepanjang dua kilometer dengan kontur tanah menurun dan menanjak yang melelahkan.
Sebelum masuk hutan, kita pun akan berjalan melewati sawah dan ladang. Dan, sesampainya di air terjun, kita bisa melompat dari atas tebing dari ketinggian 6 meter, dilanjutkan berenang kurang lebih tujuh meter ke arah air terjun.
Cunca Rami. Objek menarik lainnya di Hutan Mbeliling adalah Cunca Rami. Setiap hari, ada banyak wisatawan asing yang berkunjung di sini. Tinggi air terjun yang terletak di Desa Lamung, Kecamatan Mbeliling ini adalah 70 meter.
Cunca Rami memiliki keunikan tersendiri. Saat musim hujan dan kemarau, debit air tetap sama derasnya. Bahkan, air terjun ini memiliki sungai di bawahnya, di mana wisatawan bisa mandi. dengan bantuan pemandu lokal.
Untuk menuju Cunca Rami, dari Kota Labuan Bajo kita dapat menggunakan ojek atau kendaraan umum menuju Kota Ruteng. Jarak tempuh menuju Cunca Rami dari Labuan Bajo sekitar 1,5 jam.
Ada tiga pintu masuk menuju Cunca Rami:
- Dari Labuan Bajo pergilah ke Kampung Cecer. Lalu, dari Kampung Cecer, kita bisa melakukan trekking melintasi kawasan Hutan Mbeliling hingga tiba di persawahan sekitar Cunca Rami.
- Kita juga bisa berjalan kaki mendaki melalui Gua Waelia dengan melintasi kawasan Hutan Mbeliling hingga tiba di Kampung Lamung. Lalu berjalan menurun menuju persawahan di sekitar Cunca Rami.
- Ketiga, perjalanan kaki melalui Kampung Waelelos menuju Kampung Rangat dan menuruni lembah sampai di persawahan sebelum masuk ke Cunca Rami.
Trekking di Gunung Mbeliling
Gunung Mbeliling merupakan salah satu gunung tertinggi di Flores bagian barat, sekitar 1.239 meter dari permukaan laut.
Cancar (3 jam dari Labuan Bajo)
Di sini kita bisa melihat area persawahan yang berbentuk seperti sarang laba-laba. Area persawahan ini bisa juga dilihat dalam perjalanan dari Labuan Bajo menuju ke Ruteng.
Rumah Adat Waerebo
Untuk mencapai Waerebo, dari Labuan Bajo, kita bisa menggunakan bus lokal, travel L300, ojek, atau menyewa mobil menuju Ruteng. Beberapa kilometer sebelum Ruteng, beloklah ke kanan menuju Desa Dintor. Waktu tempuh dari Labuan Bajo menuju Dintor sekitar 5 jam dengan kondisi jalan beraspal yang cukup sempit, hanya cukup untuk dua mobil. Letaknya di pantai menghadap Pulau Mules. Di desa ini, kita pun bisa bermalam di satu-satunya penginapan yang berlokasi di tengah sawah.
Kemudian, perjalanan berlanjut ke Desa Denge, sekitar 1 jam. Selanjutnya pelancong harus bersedia jalan kaki melintasi hutan tropis yang kaya varietas flora dan fauna selama empat hingga lima jam sebelum tiba di Waerebo.
Tip Murah Perjalanan Mandiri ke Waerebo dari Kaki Gatel
Dari Labuan Bajo, kita bisa naik angkot/travel ke Ruteng (ongkos sekitar Rp60 ribu). Dari Ruteng, perjalanan dilanjutkan dengan naik otto (truk kayu) selama 3,5–4 jam dengan ongkos Rp40 ribu. Atau, kita bisa juga naik ojek dengan waktu tempuh 2,5 jam dengan ongkos Rp200 ribu pp. Untuk menghilangkan lelah, kita bisa menginap semalam di Penginapan Pak Blasius dengan tarif Rp200 ribu per malam (termasuk tiga kali makan). Pak Blasius bisa dihubungi di nomor +62812339350775. Kita bisa menyewa jasa guide atau porter sebesar Rp150 ribu selama perjalanan ke Waerebo.
Masuk ke Desa Waerebo ada biayanya. Jika tidak menginap di Waerebo, kita diwajibkan membayar total Rp120 ribu dengan rincian Rp100 ribu (termasuk makan siang) dan Rp20 ribu untuk sumbangan ke tetua adat. Jika bermalam di rumah adat, kita diwajibkan membayar Rp225 ribu (termasuk tiga kali makan), dengan kondisi listrik hanya menyala pukul 18.30 hingga 22.00 dan disediakan kasur dan selimut tebal—karena malam hari di Waerebo cukup dingin. Trekking menuju Waerebo sebaiknya dimulai pagi hari sekitar pukul 06.30. Saat itu perjalanan menuju Waerebo berhasil saya tempuh selama 2 hingga 3 jam.
Ada beberapa alasan mengapa kita harus mengunjungi Desa Waerebo:
- Mbaru Niang, rumah adat khas suku Manggarai di Desa Waerebo baru saja dianugerahi penghargaan tertinggi (award of exellence) UNESCO Asia Pasific Awards 2012
Penghargaan ini diumumkan di Bangkok pada 27 Agustus 2012 dan diperuntukkan bagi proyek konservasi dalam 10 tahun terakhir untuk bangunan tua berusia lebih dari 50 puluh tahun. Penghargaan ini merupakan penghargaan tertinggi dalam pelestarian warisan budaya.
Konservasi rumah adat Mbaru Niang, disebut UNESCO telah berhasil mengayomi isu konservasi dalam cakupan luas di tataran lokal. Sebab, proyek konservasi rumah adat berbentuk kerucut itu tidak semata mempertahaan keberadaan rumah adat sebagai benda mati, tapi sekaligus menjaga keutuhan tradisi setempat.
Proyek pembaruan rumah adat ini mengalahkan 42 kompetitor dari 11 negara di Asia Pasifik, antara lain konservasi Masjid Khilingrong di Pakistan, sistem irigasi tua India, dan kompleks Zhizhusi di Cina. - Dusun Waerebo kondang di dunia wisata internasional, tapi asing di negeri sendiri.
Desa ini dikunjungi orang Indonesia untuk pertama kalinya pada 2008, yaitu oleh Yori Antar dan rombongannya. Menurut catatan Blasius Monta, guru sekolah dasar setempat yang menjadi ”penghubung” ke Waerebo, sejak 2002 Waerebo sudah rutin menerima kunjungan turis maupun peneliti asing, misalnya dari Prancis, Inggris, Amerika Serikat, Taiwan, atau negara-negara Eropa lainnya. Tercatat, turis Belandalah yang paling banyak berkunjung ke Waerebo. Hingga 2009, ada 480 pelancong dan 9 orang di antaranya orang Indonesia. - Kultur budayanya jauh dari kekerasan
Membaca tentang Waerebo mungkin akan memancing kita membandingkan dusun terpencil ini dengan kehidupan di Baduy Dalam, Jawa Barat. Adat istiadat di dusun terpencil masih sangat terjaga. Kekeluargaan juga masih kental dan kuat. Semua itu alasan untuk merasakan bagian lain Indonesia yang makin ingar bingar, riuh, dan beringas.
Bahkan, salah satu ilmuwan Indonesia menulis bahwa tata letak rumah-rumah di Desa Waerebo menggambarkan mereka tidak pernah terlibat peperangan dengan pihak mana pun. Ini berbeda dengan kebanyakan sistem desa tradisional di Indonesia yang memiliki pola pertahanan desa. Apalagi, masyarakat Waerebo tidak mengenal peralatan persenjataan kecuali alat bercocok tanam. Mereka memilih hidup ”terpencil” agar lebih dekat dengan alam. - Masyarakat Waerebo ramah dan terbuka terhadap pelancong
Karena tidak mengenal budaya berperang, masyarakat Waerebo relatif ramah dan bersahabat dengan pelancong. Mereka memang mengasingkan diri, tapi terbuka kepada tamu yang berkunjung. Poin ini mungkin akan sedikit menghilangkan ketegangan pelancong yang ingin mengalami kehidupan singkat di antara masyarakat yang masih teguh memegang adat istiadat. - Alam pegunungan yang cantik dan kaya
Untuk menuju Waerebo, kita harus ber-trekking sekitar empat hingga lima jam perjalanan melalui hutan tropis yang masih alami dan terjaga. Hutan ini ramai dengan kicauan burung, cocok untuk penghilang stres warga kota yang terbiasa mendengar teriakan klakson mobil. Siulan burung pacycepala adalah nyanyian alam terindah yang ditunggu-tunggu para pelancong dalam perjalanan menuju Waerebo.
Udara di dusun ini cukup dingin sebab berada di ketinggian 1.100 mdpl. Pemandangannya pun cantik karena diapit gunung tinggi dan dilindungi hutan lebat. Dusun Waerebo cukup berjarak dari kampung-kampung tetangga.
TIPS WISATA LABUAN BAJO
Jika waktu kunjungan di Labuan Bajo terbatas, tempat wisata yang direkomendasikan di dekat kota Labuan Bajo adalah Batu Cermin dan Cunca Wulang. Jarak kedua objek itu tidak terlalu jauh dan memiliki pemandangan yang cukup indah. Dalam satu hari, kita bisa menuju kedua objek ini. Dan, apabila punya waktu dua hari lagi, mampirlah ke area persawahan sarang laba-laba di Cancar dan melakukan trekking ke Waerebo.
Berikut ini adalah rute berjalan kaki dalam kota tempat wisata Labuan Bajo yang direkomendasikan:
Siang menjelang sore, berjalanlah kaki dari Jalan Soekarno Hatta menuju Bukit Puncak Waringin. Setelah puas melihat pemandangan di sana, turun dan kembalilah ke Jalan Soekarno Hatta untuk menikmati matahari terbenam dari restoran Tree Top. Total lama perjalanan santai ini hanya sekitar 2 hingga 3 jam saja.
Akomodasi dengan pemadangan terbaik seperti Hotel Jayakarta mempunyai pantai tersendiri yaitu Pantai Pede. Demikian juga Hotel Golo Hilltop dengan pemandangan terbaik ke arah Pantai Binongko. Kedua lokasi hotel tersebut cukup jauh dari Jalan Soekarno Hatta, yang merupakan pusat kota Labuan Bajo dan pelabuhan menuju Taman Nasional Pulau Komodo. Meskipun begitu, tersedia fasilitas shuttle car untuk tamu hotel menuju ke bandara/pelabuhan. Sedangkan dari Hotel Golo Hilltop, kemungkinan kita harus naik ojek atau bemo, sekitar 15 menit dari pelabuhan.
Hal ini bisa menjadi pertimbangan kita dalam memilih hotel, apakah akan memilih hotel standar dengan lokasi dekat pelabuhan dan berbagai restoran tepi laut (cukup dengan berjalan kaki) atau memilih hotel sekelas resor yang cocok untuk bersantai seperti Jayakarta dan Golo Hilltop.